Pages

Monday, May 7, 2012

perbedaan anak Autis dan ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder)

Mungkin dari beberapa kalangan orang tua ada yang pernah bertanya-tanya, apakah anak saya autis? pertanyaan tersebut terlontar karena tingkah anaknya yang tidak bisa diam, selalu tidak pernah fokus dengan satu hal dan sangat percaya diri, atau kita kenal dengan sebutan Hiperaktif. perlu diketahui, tidak semua anak Hiperaktif itu Autis. dan tidak semua anak Autis itu Hiperaktif. untuk lebih jelasnya akan dijelaskan sebagai berikut.

Autis

Autis dan Anak Autis
 Autis atau Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada
anak yang ditandai dengan perkembangan gangguan dalam komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku. Penyebab Autis Penyebab autis adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Autis memiliki dasar genetika yang kuat, walaupun genetika autis sangat kompleks dan tidak jelas apakah ASD dijelaskan lebih oleh mutasi yang jarang, atau dengan kombinasi yang jarang dari genetika umum. Dalam kasus tertentu yang jarang terjadi, autis terkait dengan lingkungan yang menyebabkan cacat lahir, seperti pengaruh logam berat, pestisida, dan zat berbahaya lainnya. Ciri Ciri Autisme Atau Gejala Autis Ciri Fisik Anak Autis Terletak di Mata dan Bibir Berikut ini beberapa perbedaan pada wajah, yang membedakan anak autis seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (21/10/2011).

1. Memiliki jarak yang lebih lebar antara kedua mata
2. Bagian tengah wajah lebih sempit, termasuk daerah pipi dan hidung
3. Memiliki bibir dan philtrum (daerah antara hidung dengan bibir) yang lebih lebar.

Ciri-ciri ini diungkap oleh para ilmuwan setelah melakukan pengamatan terhadap 62 anak berusia 12 tahun yang didiagnosis mengidap autis. Sebagai pembandingnya, para ilmuwan juga mengamati 41 anak yang tidak memiliki riwayat atau gejala klinis autis. Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autis juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal. Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya. Terapi Autis Dibawah ini ada 10 jenis terapi yang benar-benar diakui oleh para professional dan memang bagus untuk autisme. Namun, jangan lupa bahwa Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan, sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Kecuali itu, terapi harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda.

1) Applied Behavioral Analysis (ABA) ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autis. Sistem yang dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia
2) Terapi Wicara Hampir semua anak dengan autis mempunyai kesulitan dalam bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu autis yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.
3) Terapi Okupasi Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya dengan benar.
4) Terapi Fisik Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya. Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
5) Terapi Sosial Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autis adalah dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya dan mengajari cara2nya.
6) Terapi Bermain Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autis membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik-teknik tertentu.
7) Terapi Perilaku. Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya,
8) Terapi Perkembangan Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.
9) Terapi Visual Individu autis lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, misalnya dengan metode …………. Dan PECS ( Picture Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.
10) Terapi Biomedik Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak autis. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan fungsi otak. Oleh karena itu anak-anak ini diperiksa secara intensif, pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan. Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
 sumber: http://nonitahiti.net

ADHD




 ADHD (Attention-Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan saraf perilaku. Ciri utamanya adalah bermasalah dalam perhatian dan hiperaktivitas. Penderita ADHD memiliki masalah dalam hal memperhatikan. Mereka bisa jadi jauh lebih aktif dan/atau lebih impulsif dibandingkan orang-orang seusianya. Gangguan ini mempengaruhi masalah-masalah yang signifikan dalam hubungan, belajar, dan perilaku para penderitanya.

Gangguan ini banyak ditemukan pada anak-anak maupun orang dewasa. ADHD lebih banyak diderita oleh anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Namun, penderita gangguan ini juga dapat hidup normal dan tumbuh menjadi orang sukses, seperti Michael Phelps, atlet renang pemenang medali emas Olimpiade, yang didiagnosis menderita ADHD saat kanak-kanak.
Gejala
Gejala ADHD dimulai sebelum anak berusia tujuh tahun. Anak penderita ADHD yang kurang bisa memperhatikan akan memiliki 6 atau lebih gejala-gejala berikut:
  • Kesulitan mengikuti instruksi
  • Kesulitan mempertahankan perhatian dalam mengerjakan sesuatu atau bermain, baik di sekolah maupun di rumah
  • Kehilangan barang-barang yang dibutuhkan dalam beraktivitas, baik di sekolah maupun di rumah
  • Tampak tidak mendengarkan
  • Tidak memperhatikan detail-detail dengan baik
  • Tampak kacau
  • Bermasalah dengan tugas-tugas yang membutuhkan perencanaan di awal
  • Sering lupa
  • Mudah bimbang
Gejala ADHD
Anak penderita ADHD yang hiperaktif atau impulsif paling tidak memiliki 6 atau lebih gejala-gejala berikut ini.
  • Gugup
  • Berlari dan memanjat di tempat-tempat yang tidak seharusnya
  • Tidak bisa bermain dengan tenang
  • Menjawab tanpa berpikir
  • Mengganggu orang lain
  • Tidak bisa duduk dengan tenang
  • Terlalu banyak bicara
  • Selalu pergi
  • Kesulitan menunggu gilirannya
Anak penderita ADHD menunjukkan gejala-gejala tersebut setidaknya selama 6 bulan.
Penyebab
Anak penderita ADHD tidak memproduksi kimiawi yang cukup di area-area kunci di otak, yang bertanggung jawab mengorganisasi pikiran. Tanpa memiliki kimiawi yang cukup, pusat organisasi otak tidak akan berfungsi dengan baik. Inilah gejala-gejala yang terjadi pada anak yang menderita ADHD. Riset menunjukkan bahwa ADHD merupakan masalah genetik karena lebih banyak diderita oleh anak-anak yang memiliki kerabat dekat yang menderita gangguan ini. Riset baru-baru ini juga menghubungkan rokok dan penyalahgunaan obat selama masa kehamilan dengan ADHD. Terpapar racun lingkungan juga bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Pengobatan
Obat bagi penderita ADHD di antaranya methylphenidate, dextroamphetamine, atomoxetine, serta obat yang menggabungkan antara dextroamphetamine dengan amphetamine. Obat-obat ini dapat meningkatkan perhatian dan konsentrasi serta menurunkan perilaku impulsif dan hiperaktif. Penggunaan obat-obat ini sebaiknya dikonsultasikan terlebih dulu dengan dokter.
Selain obat-obatan, peranan orang-orang di sekitar penderita ADHD juga sangat dibutuhkan. Upaya bersama antara orangtua, guru, dan dokter adalah cara terbaik untuk membantu anak penderita ADHD. Anak yang menderita ADHD mungkin menyulitkan bagi orangtua. Mereka mungkin memiliki kesulitan memahami petunjuk dan aktivitas konstan mereka bisa menjadi hal yang menantang bagi orang dewasa. Anak penderita ADHD juga cenderung membutuhkan pola dan harapan yang lebih jelas. Mungkin kebiasaan hidup di rumah tangga perlu diubah sedikit untuk membantu anak yang menderita ADHD.
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:
  • Buatlah jadwal
  • Buatlah aturan-aturan sederhana di rumah
  • Pastikan petunjuk dapat dipahami
  • Berikan penghargaan atas perilaku baik
  • Pastikan anak diawasi sepanjang waktu
  • Perhatikan ketika anak bersama teman-temannya
  • Aturlah rutinitas mengerjakan PR
  • Fokuslah pada usaha, bukan nilai
  • Bicaralah pada gurunya
Konseling dan terapi juga bisa membantu menangani ADHD. Keluarga dapat berkonsultasi dengan spesialis untuk menangani anak penderita ADHD yang berkaitan dengan masalah perilaku dan belajarnya.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa pewarna makanan dan pengawet makanan dapat memperburuk perilaku hiperaktif pada beberapa anak. Konsultasikan pada ahli gizi mengenai makanan yang sebaiknya dikonsumsi oleh anak penderita ADHD.
sumber: Anneahira.com

No comments: