Pages

Monday, May 7, 2012

tolong pak, jangan ditilang

minggu, 6 mei 2012

siang itu saya sedang dirumah saja online facebook, blog dan twitter saya, saya jenuh karena weekend ini saya tidak punya acara. padahal sebelumnya sudah dibuat rencana untuk ikut pergi ke garut dengan teman kerja saya untuk menengok orang tuanya yang sedang sakit, tapi karena suatu hal saya mengurungkan niat untuk ikut.
sedang asyiknya browsing, muncul chat masuk dari teman saya di fb yang isinya mengajak jalan-jalan. wih kebetulan banget kalau begitu, dan katanya mereka akan datang kerumah saya sekarang juga.

tak lama kemudian mereka datang, mereka bilang ingin ke Monas. okelah, saya menyelesaikan browsing saya dulu dan langsung mix and match lalu go..
kamipun beranjak kerumah teman kami satu lagi, dia seorang perempuan, setelah kami bertemu dengannya diapun menyarankan untuk pergi ke puncak. kamipun sepakat untuk ke puncak.
singkat cerita kami sudah sampai Kota Bogor mengendarai motor, kami berempat dengan dua motor. saya yang mengemudikan motor teman saya itu. seharusnya saya sadar, pasti disana banyak polisi. tapi entah
mengapa begitu pedenya saya yang belum memiliki SIM mengendarai motor ingin sampai puncak, mungkin merasa sudah memakai alat safety yang lengkap jadi persentase untuk diberhentikan pun minim. itu hanya bayangan saya saja.

sampai pada penghujung kota bogor, lebih tepatnya memasuki kawasan kabupaten bogor, jalur kami dialihkan melalui jalur alternatif, dan sialnya ternyata di pintu masuk jalur alternatif yang lebarnya kira-kira hanya 3 meter sedang terdapat razia gabungan, disitupun saya diberhentikan dan ditilang berdasarkan pelanggaran tidak memiliki SIM, dan teman saya yang satu lagi tertilang dengan alasan tidak berhenti ketika diberhentikan. dan anehnya lagi saya terkena denda Rp.250.000 sedangkan teman saya yang merasa tadi tidak diberhentikan di denda Rp.150.000. ini penilangan apa pemerasan?
dan perlu dicatat bahwa uang tersebut diatas bukan perkara damai antara kami dan polisi tersebut, karena beliau bilang uang tersebut akan diserahkan sebagai pajak pelanggaran. beliau menjelaskan secara tegas sambil menunjuk ke peraturan slip tilang yang tertulis "pelanggaran karena mengendarai sepeda motor tanpa memiliki Surat Izin Mengemudi" disitu tertulis denda maksimal Rp. 1.000.000. dengan gaya seperti seorang salesman yang sedang mempromosikan barang dagangannya dia melingkari angka satu juta tersebut jika saya sidang, sedangkan jika menitipkan uang denda tersebut hanya akan kena 250ribu rupiah. masuk akal gak sih?

oke, dengan perasaan kecewa kami melanjutkan perjalanan menuju puncak, hilang sudah harapan ingin membawa oleh oleh pulang kerumah. sesampainya disana sudah pukul 5 sore, kami menikmati pemandangan dan mencoba melupakan kejadian itu. tapi sungguh.. sesampainya disana seakan terbayar semua rasa lelah jauh jauh datang kemari.
"baru kali ini gue ke puncak tiket masuknya mahal banget!"
kamipun tertawa, menikmati indomie telor rebus sesampainya disana...nimat sekali rasanya.
kok saya merasa cerita ini cocok untuk dikirim ke program "ini ceritaku, mana ceritamu?" nya indomie ya?.

haripun semakin gelap, udara semakin dingin menusuk, kami sepakat untuk pulang. dan sialnya lagi ditengah perjalanan ban motor yang saya kendarai kempes. sedangkan hujan semakin deras mengguyur seluruh wilayah kota bogor. saya pun mencari bengkel untuk menambal ban dan sekalian meneduh disana. kasian teman saya yang perempuan itu, dia tampak sangat lelah dan kedinginan, disana diapun menumpang untuk tertidur sebentar.
ternyata ban dalam motor teman saya itupun harus diganti karena sobek, uang di dompet sudah habis sama sekali, hanya tersisa sepuluh ribu di dalam tas untuk mengganti ban. hujan semakin lebat dan dahsyat disertai petir dan suaranya yang menggelegar, di dalam bengkel yang diseberangnya terdapat stasiun kereta "Batu Tulis" saya dan teman saya mengobrol dengan bapak pemilik bengkel, beliau orang sunda, saya kenal dari logat bicaranya, cukup ramah, gampang kenal dan suka bercanda. saya ingat kata-kata beliau yang mengatakan "orang jakarta dateng ke puncak cuma buat numpang kencing doang, nanti airnya kena hujan terus dibawa lagi sampe jakarta jadi banjir, sukurin"..
saya tertawa mendengar itu dan akan saya ingat agar saya tulis dalam blog saya.

setelah hujan agak reda kami meneruskan perjalanan, ternyata hujannya menipu..hujan kembali deras, kami meneduh disebuah SPBU terdekat, setelah reda kami berangkat lagi dan ternyata hujan masih mempermainkan kami. ditengah jalan kami kehujanan kembali, kami pun memutuskan untuk hujan hujanan.
dan alhamdulillah kami sampai dirumah kami masing masing lagi.

hikmah dari semua ini, pengen cepet cepet bikin SIM, terus jadi tau jalan mana yang tidak akan terkena razia polisi. hehe

tetap semangat...
bye bye uangku, saya ridho kalau untuk negara. tapi tidak akan pernah ridho jika polisi ntersebut yang mengambilnya.


sekian.

check this:
readbud - get paid to read and rate articles

No comments: